Kamis, 02 Juli 2015

Gua Jepang Purwakarta

Gua Jepang terletak di Desa Pusakamulya Kiarapedes atau 28 Km dari kota Purwakarta, memiliki ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut, temperatur/suhu udara berkisar antara 17 sampai dengan 20 derajat Celsius. Dikelilingi perkebunan the, pohon pinus, cengkeh, manggis dan termasuk dalam kawasan puncak Gunung Burangrang.

Jaringan jalan yang melintasi Desa Pusakamulya, meliputi jalan Kabupaten, jalan desa, kerikil dan jalan tanah, terutama sepanjang 2 Km menuju lokasi Gua Jepang masih jalan setapak.
Gua Jepang merupakan gua buatan yang dibangun oleh Jepang (Romusa) sekitar tahun 1943 untuk digunakan sebagai tempat persembunyian. Cara pembuatannya menggunakan sistem aplusan (seep) yang lamanya sekitar 2 sampai dengan 7 hari secara bergantian, panjang gua sekitar 200 meter, tinggi 2 sampai dengan 3 meter, lebar 4 sampai dengan 5 meter. Memiliki 3 pinti masuk/keluar, 12 kamar berbentuk huruf T dengan ukuran kamar-kamar antara 3 sampai dengan 6 meter menyerupai huruf U (memutar). sumber http://

18 Oktober 2014
saya bersama teman yang lainnya (harri,ujey,omphey,nia,&icha) mengadakan perjalanan untuk explore gua jepang. masih berada di sekitar kaki Gn. burangrang, kami menuju lokasi dengan menggunakan sepeda motor. parkir di bukit kemiri (pasir muncang). tempat ini biasanya dijadikan untuk camping ground, arena motor trail, dan acara pelatihan dasar kepemimpinan, dsb..
setelah parkir motor di tempat aman, foto - foto dan jajan cilok, kami mulai menyusuri bukit - bukit menuju pintu masuk gua jepang. 15 menit setelah menyusuri bukit kami akhirnya sampai di mulut gua. rasa penasaran kami mengalahkan ketakutan untuk mengetahui apa yang ada di dalam kegelapan sana. berjalan ke dalam sekitar 50 meter suasana gelap dan agak dingin. banyak kelelawar menghuni goa ini. tak tahan akibat bau  kotoran kelelawar kami memutuskan untuk kembali keluar ke mulut gua. di luar kami sempat berpapasan dengan sekumpulan anak lab school dari jakarta yang sedang mengikuti latihan dasar kepemimpinan yang dipimpin langsung oleh Anggota TNI. setelah ngobrol sebentar, rombongan lab school tersebut masuk ke gua sebentar lalu meninggalkan kami untuk melanjutkan pelatihannya. tak lama kemudian kamipun meninggalkan gua jepang dan menuju tukang seblak wanayasa. Purwakarta terkenal dengan makanan seblak kuahnya. jika kalian ke purwakarta sebaiknya menyempatkan mampir ke tukang seblak yang ada di wanayasa. untuk gua jepang sendiri adalah sebenarnya tempat wisata yang kurang begitu mainstream bagi pengunjung / wisatawan. mungkin dikarenakan akses jalan dan penunjuk arah yang minim sekali. so... it's my lazy trip...
persiapan @rumah nia. mimi cucu dlm botol dlu

jajan cilok. coba tebak?! yang mana yang abang ciloknya???

baru sampe langsung nampang.
lagi...
before edit
after

@pasir muncang

model









Selasa, 30 Juni 2015

Gunung cikuray via pemancar

     Gunung cikuray terletak di kabupaten Garut, Jawa Barat. Gunung ini memiliki ketinggian 2821 mdpl. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan bayongbong, cikajang dan dayeuh manggung. Pada kesempatan kali ini saya memilih jalur cikajang yang ada pemancar stasiun TV nya. Jalur ini dikenal dgn jalur pemancar.

13 september 2014
    Saya berangkat dari Purwakarta berdua dengan kang Harri (tebe). Transportasi dari Purwakarta menggunakan Bus jurusan Bekasi – Garut, naik dari pull bis ciganea. Turun di Terminal Guntur. Setelah itu dilanjutkan dengan menggunakan angkot 06 jurusan cilawu. dilanjutkan dengan naik ojek ke basecamp pemancar.

        Di Basecamp pemancar kita berdua tiba sekitar pukul 23:00. Melipir dulu ke warung. Udara malam sangat dingin mencekam. Tak sanggup tubuh ini jika melawan. Bermodalkan Jaket polar dan kaos yang menempel di badan, rasa dingin masih terasa hingga ke tulang. Akhirnya hanya bisa meresapi hawa dingin dengan ekspresi menggigil dengan hidung yang mulai “meler”.

      Tak lama kemudian kita bertemu dengan pendaki lain yang baru sampai juga di Basecamp. Ternyata 13 orang sispala dari bandung yang sebelumnya sudah janjian dengan kang harri untuk nanjak bareng. Di sinilah perkenalan kita berdua dengan 13 orang sispala dari SMK N 5 Bandung. Yaitu, Shiffa, Isma, Sufi, Sahid, Fahmi, Laras, Wildan, teh Lia, Rusfiana, dan 4 orang lagi saya lupa namanya. Mereka menamakan komunitasnya dengan nama NAPALLIMA. Jadi, 2 orang anggota HACP dan 13 Orang dari NAPALLIMA siap trip bareng menuju puncak cikuray.

        Setelah rehat sejenak dan menghabiskan kopi, kita dan 13 orang sispala meninggalkan warung menuju pos pendaftaran. Di Pos pendaftaran kami bertemu dengan volunteer Cikuray, yaitu bang Indra, Ade dan bapak – bapak yang saya lupa namanya.

14 september 2014
      Tak terasa waktu menunjukkan pukul 01:30 dinihari. Terlalu keasyikan ngobrol membuat kami menunda pendakian ke Cikuray menjadi esok pagi. Kamipun akhirnya gelar tenda di depan pos pendaftaran lalu tidur.
     
tidur bos, jangan mikir terus...
     Pukul 03:30 kami bangun dan packing ulang. setelah itu siap untuk pendakian. Setelah berdo’a kamipun berjalan menuju puncak Cikuray. Vegetasi awal pendakian adalah kebun teh (pos I) . Setelah itu masuk ke hutan (pos 2,3,4,5). Di pos 2 kami istirahat sejenak dan melaksanakan sholat subuh berjamaah. Setelah itu melanjutkan perjalanan lagi sampai ke puncak bayangan lalu puncak 2821mdpl. 
selama perjalanan
        Kami tiba di puncak 2821 pukul 11:00 siang. Cuaca sangat cerah. Terik matahari hampir tepat di atas kepala, membuat keadaan sekitar menjadi panas. Kamipun lantas mendirikan tenda di puncak, lalu masak untuk mekan siang, setelah itu tidur siang. Sore harinya dihabiskan untuk berfoto – foto. Menjelang maghrib kembali ke tenda dan mulai menyiapkan makan malam.
puncak 2821 bro...


panorama
Setelah makan malam kamipun tidur.

      Inti perjalanan kali ini adalah untuk mencari ketenangan dari masing – masing kita. Kang Harri yang sedang nyusun skripsi dan mau sidang. Saya sedang fokus pada kegiatan Ospek Mahasiswa yang dilaksakanan minggu depan setelah pendakian ini yang kebetulan saya diamanahi untuk menjadi Ketua Pelaksananya. Walaupun ada kehadiran 13 orang sispala, hal itu kiranya tidak merusak “feel” ketenangan kita berdua. Dari awal pendakian kita tetep enjoy. 

15 september 2014
         Pukul 05:30 setelah sholat subuh kami siap untuk melihat matahari terbit di ketinggian 2821 mdpl. Di sana banyak pendaki lain yang juga ingin menikmati indahya sunrise dari cikuray. Lebih dari seratus orang yang menunggu sunrise tiba. Terlalu banyak orang di sana membuat pemandangan di sekitar saya berasa tak seindah langit orange yang disinari oleh Mentari. Hal ini yang membuat saya kehilangan “feel” dari pendakian. Dan saya mulai sadar bahwa setiap saya melakukan pendakian ke Gunung, Puncak dan Sunrise bukanlah hal yang utama untuk dicapai. Akan tetapi ketenangan dalam diri sendirilah yang membuat setiap pendakian mempunyai nilai dan pengalaman berharga. Dan itu tidak bisa dibayar dengan apapun.
pagi hari siap untuk turun pulang setelah sarapan nasi liweut yang lagi cemberut. :(
     Pukul 06:15 setelah foto – foto dikit, kita berdua memutuskan untuk memasak dan sarapan pagi. Setelah itu packing dan siap untuk perjalanan pulang. Sedangkan anak sispala masih menikmati paginya di Puncak. Pukul 08:00 pagi setelah saran dan packing, kita berdua pamit ke temen dari Napallima untuk turun duluan. Saat turun kaki saya sempat lecet karena sepatu yang saya kenakan kurang nyaman. Perjalanan melambat. Dan pukul 11:00 kita sampai di Pos pemancar. Setelah itu Pulang ke rumah masing – masing. 

Sekian cerita pendakian saya kali ini, sampai jumpa di pendakian berikutnya... #Salam_Happy :D
mengejar impian (tujuan hidup) tak selalu leher yg menengadah ke atas(utk mencapai puncak kehidupan). tetapi jg mengimbangkan langkah kaki (berusaha lbh baik lg) utk bisa sampai ke suatu titik (tujuan hidup yg sebenarnya) dimana tempat kita berasal (kembali kepada Tuhan yakni akhirat).

Minggu, 28 Juni 2015

Perjalanan ke Gunung Ciremai Via Linggarjati



Lanjutan kisah perjalanan saya selanjutnya adalah pendakian ke Gunung Ciremai. berangkat bersama Tim HACP saat menyambut tanggal 17 Agustus tahun 2014. tulisan ini sebenarnya saya buat untuk blog HACP di 
http://happyadventurecommunity.blogspot.com/ . Setiap kisah hidup kita tidak selalu kita pendam sendiri. ada momen-momen yang harus kita bagi ke orang - orang yang kita sayangi, itu yang dinamakan berbagi kebahagiaan. maaf jika tulisannya berantakan dan belum sempat diedit ulang. hanya copy paste. selamat membaca..



Halo, selamat pagi. Selamat tanggal 17 Agustus... yups , tanggal segini nih enaknya dibuat naek gunung... kenapa?kenapa?kenapa?... karena tanggal 17 Agustus adalah hari dimana setiap orang ingin mengibarkan bendera merahputih setinggi2nya... (padahal mah, dulu pas sekolah, disuruh upacara bendera tanggal 17 Agustus pada bolos, trus besoknya disetrap guru deh, kena hukuman lari 10 keliling lapangan sekolah...wkwkwk). Btw, Yah begitulah salahsatu ekpresi kebahagiaan warga Indonesia dalam menyambut tanggal 17 Agustus. Lain hulu,lain parang, lain dulu lain sekarang..ckck

Kayak kita nih dari tim HAC, setelah bosen maen2 ke gunung yang ada di Purwakarta, seperti Bongkok, Lembu, Parang, burangrang dkk.. HAC mencoba Trip ke Luar Purwakarta lagi. Ciiiieee... ehm, trip kali ini tujuannya adalah gunung Ciremai. Kenapa harus ciremai? Karena udah ada kuncen yang mau trip bareng kita. Siapa lagi kalo bukan bang Pitik Lintu, kuncen ciremai yang kita temuin pada waktu pendakian ke Guntur di Garut. Dulu dia kita anterin ke Garut, sekarang gantian, dia yang harus nganterin kita ke Puncak 3078 mdpl. Hahhaa, nggk deh, becanda, trip kali ini seperti trip2 sebelumnya, yakni bertujuan untuk taddabur alam dan sebagai ajang silaturahmi lanjutan... ok..lanjut..buluan..


SEJARAH SINGKAT
Gunung Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.

Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.

PENDAKIAN GUNUNG CIREMAI
Untuk mendaki Gunung Ciremai sendiri kita dapat melalui 3 jalur yang biasa dipake buat mendaki, yaitu jalur Palutungan, Jalur apuy dan Linggarjati - linggasana. Dari Ketiga jalur tersebut, Jalur Linggajati-lah yang menjadi Jalur paporit para pendaki gunung. Tim HAC pun sepakat untuk naik lewat jalur tersebut.

Jalur Linggarjati sendiri memiliki 12 pos, yaitu Pos pendaftaran (660mdpl), Cibunar (800mdpl), kondang amis (1.180 mdpl), kuburan kuda (1.420mdpl), pengalap (1.635mdpl), seruni (1.800mdpl), Bapatere (2.110 mdpl), batu lingga (2.330 mdpl), sangga buana (2.470 mdpl), pengasinan (2.810 mdpl), panglongokan (3.005 mdpl) dan Puncak TOP (3078 mdpl). Setiap pos mempunyai ceritanya masing – masing. Silahkan kalian cari referensi lain untuk lebih tau cerita dari tiap2 pos tsb. Hush..hush.. wkwkwk. Ok lanjut.. buluan..

Kita berangkat dari PWK jum’at siang tgl 15, jam 13:00. Naik angkot ke arah cikopo Rp.5000/org. Trus dilanjutkan naik bus Luragung jurusan JKT – CIREBON Rp.30.000/org. Turun dipertigaan linggarjati. Sampe sana kira2 jam 18:30. Kita rehat sejenak di minimarket yang penjaga kasirnya Lumayan bening. Sambil rehat, packing ulang dan nungguin sang kuncen datang. Setelah nunggu hampir sejam kita akhirnya ketemu sama sang kuncen yang pake senal jepit baru. Perjalanan dilanjutkan naik mobil kol buntung seharga Rp.5000/org (*tarif yg ada sesuai harga BBM premium saat itu yakni Rp6.500/ltr).

Kita HAC berangkat dari PWK ber-6, yaitu, gw (Genta), abah onje, om phey, erol, ujey semplak, dan wa dada. Ditambah org pribumi nya bang pitik sama bang thjuck yang sudah kenalan sebelumnya di minimarket saat nunggu si pitik datang. Alhasil kita berangkat 8 orang menuju pos Cibunar Linggarjati.

Sesampainya di pos linggarjati, pukul 20:00, kita daftar SIMAKSI seharga Rp.20.000,-. Abis itu nyantai dlu, ngopi sama makan malem di warung deket pos... beberapa menit kemudian, abis itu kita mulai meninggalkan pos menuju Cibunar. Di sana kita gelar tenda dan lanjut tidur... wew,, belom apa2 udah tidur. Wkwkwk


Sabtu pagi, 07.30 setelah sarapan kita beres-beres untuk lanjut pendakian. Di sana juga sudah terlihat para pendaki lain wara-wiri untuk mendaki juga. Maklum, tanggal 17 Agstus... tiap gunug pasti rame,,, apalagi ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat.

Seperti biasa, kita berjalan cantik selama perjalanan, dikit2 foto, ada orang yang duluin kita, Kita minta Di Foto sama orang yg ngeduluin kita, hahaha... begitulah kelakuan kita saat pendakian dari Cibunar menuju Kondang amis. Di sana terdapat pos pemeriksaan oleh para ranger setempat. Oh ya, kalian sebaiknya isi amunisi air dari pos cibunar yah, sebab ga ada mata air lagi setelah itu. Di kondang amis aja ada yang jualan kue2 basah sama popmie tapi kaga nyediain aer, klo kselek gimana, kan bahaya...

Di pos kondang amis kita sampai sekitar pukul 09.30. setelah ngobrol2 dengan temen2 nya pitik yang juga ranger di sana, kita melanjutkan pendakian ke pos selanjutnya. Pukul 11.00 sampai di pos kuburan kuda. Rehat sejenak, foto2 abis itu lanjut lagi. Jam 12.00 teng sampe di pos pengalap. Di sana kita istirahat agak lama, karena pada kelaperan, akhirnya kita makan siang di pengalap dan istirahat sampai pukul 14.00.

Perjalanan dilanjutkan menuju tanjakan seruni dan bapak tere. Pos bapak tere ini katanya zaman dulu ada bapak tiri yang membunuh anak tirinya di pos tsb dengan ditikam menggunakan pisau. Entahlah, dari awal kita tidak terlalu excited dengan hal2 mistis, karena kita berangkatnya pagi hari, dan sebelumnya pitik juga pernah cerita, pendakian sebelumnya pas dia jalan malem, dia diikutin pocong dari cibunar ke kondang amis. Ah, udahlah ya,,, jgn bahas mistis... karena ga mungkin juga kan ada hantu nongol siang hari gini... bisa2 kena razia dia... wkwkwk...

Yang seru dari tanjakan seruni dan Bapak tere waktu itu adalah kita seperti sedang bermain benteng takeshi?! tau kan? Acara reality show halang rintang dari jepang yang sempat tenar di TV. Bener aja, di sana udah rame, trus tanjakannya juga bikin orang greget2 gimana gitu yah... pokoknya orang2 seperti bersemangat untuk lolos ke babak selanjutnya dan mendapatkan hadiah satu juta yen setelah mengalahkan sang bos,kagemaru pada babak akhir... pokoknya walaupun capek tetep ceria dah, apalagi ada pitik yang suka ngebanyol. Sepanjang perjalanan dia menjadi perhatian orang tau nggak, karena banyolannya tsb. Wkwkwkwk... pantura bergoyang... ok lanjut. Buluan... 


“Jangan malu untuk ucapkan break”, itulah kata2 yang sering diucapkan pitik kalo tim lagi pengen break.. huft..huft..huft.. tak terasa, pukul 17.00 kita akhirnya sampai pos batu lingga, istirahat sejenak lalu perjalanan dilanjutkan ke pos selanjutnya. Pukul 17.45 sampai di pos sangga buana. Di sanalah kita gelar tenda, karena setelah lewat pos itu tidak ada lapak untuk gelar tenda lagi (saking penuhnya ama pendaki).. padahal masih sekitar 3 – 4 jam lagi menuju puncaknya..

Sabtu, Pukul 21.00 tim akhirnya bisa istirahat setelah sebelumnya nyari lapak, lalu gelar tenda, sholat dan makan. 

Minggu dinihari sekitar jam 02.00 kita mulai bangun dan siap2 summit attack ke Puncak. Oh ya, bang thjuck udah ga nenda bareng kita ya, dia bareng temen rangernya di pos berapa entahlah, yang pasti denger2 dia ga sampe puncak... akhirnya kita ber-7 (minus bang thjuck) mulai summit attack jam 02.30. setelah melewati jalan2 bebatuan yang terjal, akhirnya sekitar pukul 05.00 kita sampai di pengasinan dan langsung nyubuh. Di sana suasananya ramai sekali, kayak di pasar malem. Sampe2 herman erol sama wa dada terpisah dari rombongan. Ternyata mereka sudah menuju puncak terlebih dahulu. Sedangkan, gw, abah, pitik, om phey dan ujey stay di pengasinan, karena sunrise di sini lebih baik daripada sunrise yang terlihat dari puncak... well, setelah nyunrise, perjalanan dari pengasinan dilanjutkan menuju puncak 3078 MDPL. Kita tiba pukul 07.30.

Sujud syukur atas kesempatan yang diberikan oleh-MU ya rabb, hamba bisa memijakkan kaki di tanah tertinggi di Jawa Barat... subhanallah... matahari 17 agustus di Tanah tertinggi jawabarat... di Puncak Ciremai Linggarjati terlihat banyak sekali para pendaki. Tak kalah dari jalur palutungan dan apuy. Ada event akbar di sana, pengibaran sangsaka merah putih sepanjang 300 meter terbentang menghiasi puncak ciremai kala itu. Wow, emejing....

Setelah menikmati semua keindahan di Puncak, kami memutuskan untuk kembali ke tenda pukul 09.30. saat perjalanan turun, banyak sekali para pendaki yang memetik bunga edelweis.. sampai2 banyak yang tercecer bunga edelweis di tanah dan sebagian terinjak2... sungguh terlalu,,, bunga yang seharusnya hanya bisa kita lihat keindahannya saat di atas gunung, kini banyak yang tercabut dari pohonnya karena ulah jail manusiab... saking banyaknya bunga yang tercecer di tanah, gw pun inisiatif untuk memungutnya, haha, yang penting gw kaga metik, :p. 





Pukul 11.30 kita sampai di tenda setelah itu istirahat dan maksi. Pukul 13.00 kita packing dan turun. Sampai di pos Cibunar sekitar pukul 17.00 lalu istirahat dan bersih2. Pukul 18.30 setelah maghrib kita pulang naik angkot sampai pertigaan linggarjati dan dilanjutkan dengan naik bus luragung menuju Cikampek. Dari cikampek kita pulang ke rumah masing2 naik angkot. Sekian Trip HAC ke Ciremai... ditunggu trip selanjutnya ya... Hoammm...

Sabtu, 27 Juni 2015

Gunung Lembu Purwakarta (part 2)

sampai saat ini (juli 2015), saya sudah mendaki gunung lembu sebanyak 7 kali. terakhir kali saya tidak sampai di puncaknya, hanya bermalam di saung ceria, setelah itu paginya summit ke gunung Parang yang masih berada di Purwakarta. untuk part 1 - 6 saya rangkum tulisan saya di blog http://happyadventurecommunity.blogspot.com .. dan part 7 nya nanti akan diposting bersamaan dengan gunung Parang.
Nah sebelum itu, saya akan mencantumkan lagi tulisan singkat saya pada perjalananan ke Gunung lembu Part 2 ini, selamat membaca...

Akhir Juli 2014. Kala itu masih dalam suasana lebaran, gw juga lagi ada Wonogiri Jateng tempat kelahiran Bokap. Gw Pulkam sama ade gw naik motor 125cc dari Jakarta. Sehari semalem bisa baru sampai. Sedangkan keluarga udah duluan naik mobil kaka gw. Yang namanya orang Indonesia nggak heran kalo tiap lebaran tiba pada mudik ke kampung halaman masing – masing, kecuali yang nggak punya kampung ye.. ksian deh lo... hahahaha..

Tepat semalam sebelum gw balik lagi menuju jakarta, kang tebe nelpon gw. Dia bilang mau naik Lembu tanggal 1 Agustus 2014. Dia naik bersama tim yang lainnya dan juga tamu dari Jakarta. Gw ga tau tadinya tamu ini. Eeeeh.. nggak taunya ada temennya teh nia itu jadi tour guide nya tamu tsb dari Jakarta sebanyak 13 orang dari KPK (komunitas Pendaki Kantoran). Kayaknya sih gitu, secara.. style mereka pada keren2.. + kece 2 booo. (emoticon ngiler..).

Singkat cerita, gw & ade gw balik tidak langsung ke rumah ortu yg ada di Jakarta, tp ke Purwakarta, tempat merantau gw 2 tahun terakhir ini. Jum’at pagi jam 02, 14 jam persis sebelum pendakian lembu gw baru sampai di Purwakarta setelah sebelumnya misah di cikampek dengan sodara yang pulang ke Bekasi. Kita sama2 naik motor dari Wonogiri. Abis nyampe gw istirahat. Pagi nya siap2 packing, sorenya berangkat ke Lembu nganter Rombongan dari Jakarta. Tim HAC sendiri ada sekitar 9 orang. Gw, Tebe, Nia, Ujey, Om Achut, Om phey, Icha, Abah onje, Egi dan ade gw sendiri yang baru pertamakali naik gunung (maap klo ada yg ga kesebut). Itu juga gw ajak setelah sebelumnya dia ngeluh kecapean. Akhirnya dengan sedikit kata2 manis + virus gunung akhirnya ade gw mau juga naek gunung lembu tanpa menuruti kelelahannya dari perjalanan jauh Wonogiri – Purwakarta.

Kita HAC bersama rombongan jakarta mulai naik jam 19:00 sampe tebingan jam 22:00. Lanjut menikmati suasana. Istirahat... paginya foto2... makan, menu spesial adalah sate jamur. Jam 11 siang kita turun dan Pulang. Nothing special... kecuali nambah temen baru level kantoran yg berharap mereka mau jadi temen kita. HAC.... alhamdulillah. Dpt juga bbrp nomor kontak, ada Sidiq dan kang Yance (Pak ustad). Selebihnya hanya bisa ngobrol via facebook aja... (mana neh pin bb kalian. Teh dita, kak una, alvee, teh yessi dkk. Hehehe)...
LEMBU PART II

Perjalanan Ke Kahyangan Tirtomoyo

     Pernahkah anda mendengar kata Kahyangan? Kahyangan berasal dari bahasa sansekerta yang berarti Tempat para leluhur. Banyak yang memahami kahyangan adalah surga, karena surga adalah sebuah tempat suci yang ditinggali oleh para pendahulu kita yang sudah meninggal dunia. Tapi bukan kahyangan yang seperti itu yang saya maksudkan... 



         Kahyangan yang saya maksud adalah objek wisata ritual Kahyangan yang terdapat di desa deplih, kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri Jawa Tengah. Tempat ini berjarak + 47 km dari kota Wonogiri. Akses kendaraannya bisa naik angdes ke arah tirtomoyo dilanjutkan dengan naik ojek. Di sini kita bisa melihat bekas – bekas peninggalan sejarah yang kebanyakan berupa batu atau sela yang pernah dijadikan untuk tempat bertapa.

      Disamping keindahan alamnya, Objek wisata Kahyangan erat kaitannya dengan sejarah Panembahan Senopati yang sering datang ke tempat ini untuk bertapa/tirakat. Panembahan Senopati memiliki nama asli Danang Sutawijaya. Beliau adalah pendiri Kesultanan Mataran yang memerintah tahun 1587 – 1601 dengan gelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa. Sampai sekarang tempat ini masih menjadi tempat untuk bertapa atau ritual – ritual tertentu pada malam jum’at atau malam satu sura. Banyak bekas makam / petilasan yang dahulu tempat tirakatnya Panembahan Senopati.

       Kesempatan saya datang ke sini adalah karena saya sedang mudik saat libur lebaran di kampung halaman bapak saya di Desa Ngambiawar, Tirtomoyo. Setiap kali saya berkunjung ke Tirtomoyo, sepertinya wajib bagi saya untuk mengunjungi objek wisata Kahyangan. Jaraknya tidak terlalu Jauh dari rumah mbah saya. Hanya memerlukan waktu + 20 menit menggunakan kendaraan sepeda motor.

Waktu itu saya berkunjung ke Kahyangan dua kali. 

Pertama dengan adik saya, Ardi. saat itu H+3 lebaran. Saya mengajak adik saya berkunjung ke Kahyangan. Akhirnya kami berdua berangkat pukul 15:30 menggunakan sepeda motor. Sesampainya di sana kami berdua langsung memakirkan kendaraan lalu jalan kaki ke Kedung Kahyangan (pertemuan dua arus sungai). Di tempat inilah biasanya para wisatawan untuk mandi atau sekedar cuci muka dan berfoto2 ria. Ketika berjalan sekitar 30 menit, kami sampai di Kedung Kahyangan lalu berfoto2 sebentar. Setelah itu kami memutuskan untuk pulang karena keadaan di sana sangat sepi. Tidak ada pengunjung lain yang berada di sana.

kunjungan pertama

Keesokannya kami ngobrol dengan Mas Ibud (saudara sepupu saya yang tinggal di dekat rumah mbah) mengenai perjalanan kami kemarin. Saat kami diceritakan oleh mas ibud tentang seluk beluk Kahyangan, akhirnya kamipun ingin mengunjunginya lagi setelah penasaran dengan sebuah batu gowok (sela gowok) yang ada di sana. (Maklum, sebelumnya saya hanya tahu kedung kahyangan saja). Sela gowok adalah batu besar yang mempunyai lubang. Lubang ini entah buatan manusia atau peristiwa alam. Yang pasti batu ini adalah bekas salahsatu petilasan dari Panembahan Senopati. Dan Masyarakat suka memanfaatkannya untuk tirakat pada malam – malam tertentu. Banyak juga sela – sela lain yang terdapat di sini. (mudah – mudahan ke foto semua, hehehehe)
missing part.

Esok Harinya kami ke sana lagi. Kali ini berempat, yaitu saya, Ardi, Bapak, dan Iwan;sodara sepupu tinggal di bekasi yang mudik bareng saya dan adik menggunakan sepeda motor dari jakarta. Kita berangkat H+5 lebaran. Saat itu masih pukul 14:00. Jadi kami punya waktu banyak untuk mencari keberadaan batu gowok tersebut. Sebelumnya kami sudah diberi arahan oleh mas ibud tentang keberadaan batu gowok tersebut. Tetapi tidak mudah untuk menemukannya. Dan akhirnya petualanganpun dimulai. Hehehe...

Tujuan utama kami adalah untuk menemukan sela gowok. Untuk menemukan sela gowok ini sebelumnya kita harus melewati sela – sela yang lainnya, diantaranya :

1. Sela Betek

Dari parkiran kami berjalan setapak yang sudah tertata rapi seperti tangga. 200 meter dari sini kita bisa melihat sela Betek. Sela Betek berbentuk batu menjulur yang dibawahnya bisa untuk berteduh. Konon disinilah Pangeran Mangkubumi/ Sultan Agung bertapa. Dan disinilah Sukma Nyai Puju berada, yaitu perempuan yang kesemsem oleh Panembahan Senopati. 
sela bethek. (foto diambil pas perjalanan pulang, dikarenakan waktu berangkat kita hanya fokus untuk mencari sela gowok. wkwkwkwk
2. Sela Gapit
Letaknya berada disebelah selatan sela Bethek, batu ini terdiri dari dua batu besar yang diatasnya bergandengan, sedangkan bagian bawahnya renggang dan bisa dolewati meski harus menunduk. Konon btu ini tidak memiliki magis
sela gapit. (foto diambil pas kunjungan sebelumnya)

3. Sela Payung
Letak batu ini berada di tengah- tengah kahyangan, atau berada di sebelah selatan Sela Gapit. Bentuk dari batu ini adalah seperti setengah payung, dan disinilah tempat bertapanya Pnb. Senopati, sekarang tempat pesanggrahanya Nyai Widyanangga.

sela payung. (foto diambil pas perjalanan pulang)
4. Kedung Kahyangan
Tempat ini adalah Pertemuan dua arus sungai. Biasanya Pengunjung hanya sampai di sini saat berwisata. Dari sini kalau kita ambil arah kanan akan ke sela gilang. Jika ke arah kiri akan ke sela gowok. Karena saat itu kami belum tahu, kami berempat belok kanan ke sela Gilang. Abis dari situ kami melanjutkan perjalanan ke atas melewati batu – batu mengikuti arus sungai. Nah, disinilah kami menemukan sisi lain keindahan dari Objek Wisata Kahyangan. Selain masih terdapat Monyet – monyet yang bergelantungan di bukit – bukit sekitarnya, kami menemukan berupa batu – batu yang tersusun dengan aliran air yang mengalir ke kedung kahyangan sampai ke bawah lagi.


kedung kahyangan
setelah melewati sela gilang. masih mencari batu gowok. piye bro pemandangannya. Emejing kan???

nyerah mencari batu gowok, akhirnya kami minta mas ibud untuk menyusul kami ke kahyangan. dan dia menyusul bersama sang istri. setelah itu kami bertemu mas ibud dan istrinya di kedung kahyangan, lalu mereka membetitahu lokasi batu gowok kepada kami. :p
5. Sela Gilang

6. Sela Gowok
akhirnya ketemu juga batu gowok nya. hahahahaha
sekian perjalanan saya bersama keluarga. sungguh petualangan yang menyenangkan. sampai jumpa pada perjalanan saya selanjutnya....


Jumat, 26 Juni 2015

Curug Cipurut Purwakarta

Curug Cipurut berada di kaki gunung Burangrang tepatnya di Kec. Wanayasa kabupaten Purwakarta. Curug Cipurut sering dijadikan untuk tempat wisata dan camping ground. Dari Purwakarta kota berjarak + 30 km. Untuk mencapai ke sana bisa dengan naik kendaraan elf (mini bus) jurusan Wanayasa turun di Alun - Alun, lalu dilanjutkan dengan naik angdes ke arah bojong sawit turun di Pintu Gerbang Desa Sumurugul. dari pintu gerbang ke pintu masuk curug berjalan kaki 15 menit. Atau bisa juga dengan naik motor dari Purwakarta menuju rumah abah onje di wanayasa. dari situ masuk ke gang deket rumah abah menuju rumah pak ade. di rumah pak ade bisa menitipkan motor. biaya penitipan seiklasnya. dari rumah pak ade berjalan kaki ke curug 15 menit. biaya masuk curug dikenakan 10rb rupiah. 

18 Juli 2014
Kali ini saya bersama teman - teman dari HACP mengadakan buka puasa bersama dan sahur bersama di Curug Cipurut. Kami berangkat sore hari jam 17:00 dari rumah nia, menuju curug cipurut. Sesampainya di sana kami mendirikan tenda dan menyiapkan menu berbuka Puasa. setelah buka puasa kami shalat berjamaah dan dilanjutkan dengan makan malam. menu utama makan malam adalah sate jamur. berikut foto - foto kegiatannya..